Sabtu, 23 April 2011

Tipe Setrikaan

Bukannya ingin mengeluh tetapi lama2 perlu juga menuliskannya supaya rasa mangkel didalam hati bisa pergi. Menulis rasanya salah satu cara terbaik untuk ini :)

Memang dalam dunia bisnis itu ada banyak tipe customer dari yang mulai baik hati dan tidak sombong sampai tipe yang super duper alias antik ( cerewet sekali, ga sabaran, ga bisa paham kondisi, dll )

Nah, sekarang dibahas tipe setrikaan nih. Seperti apakah tipe ini?? Orang seperti ini itu bukan tujuannya untuk membeli produk kita. Rata2 mereka hanya melakukan checking harga saja. Mau tahu harga jual kita berapa dan juga harga tempat2 lain berapa. Nanti dari hasil checking kemana2 itu baru memutuskan mau beli or ga?? Selain itu  tentu saja cross check itu dipakai juga untuk tawar menawar. 

Sebenarnya sah-sah saja seorang konsumen melakukan hal ini, tetapi kalau sering sekali bolak balik kayak setrikaan untuk tanya harga kan lama2 juga ada rasa "mangkel". Tetapi dibalik itu semua ini memang sudah tipical yang dijumpai.

Tipe setrikaan ini juga ada macam2 jenisnya :
1. Setrikaan khusus bahan2 halus ( setengah panas ) : Biasanya suka check2 tanya macam2 secara mendetail sampai jelimet dan akhirnya hanya bertransaksi dengan nilai yang sangat minim sebagai rasa sungkan karena sudah bertanya. Tujuannya : Konsumen memperoleh data sebanyak mungkin dari kita.

2. Setrikaan khusus katun ( panas ) : Biasanya konsumen ini memiliki daya beli tetapi sangat perhitungan dalam masalah "harga". Tidak ada istilahnya loyalitas atau teman. Yang penting mana yang paling murah itu yang akan dia beli. Dalam menghadapi konsumen seperti ini tidak usah berharap banyak ybs akan berubah dan setia. Lupakan saja karena anda akan capai. Sebaik apapun pelayanan anda padanya tetap dia akan melakukan perbandingan dan tetap akan memilih yang "termurah". 

3. Setrikaan khusus jeans ( panas sekali ) : Konsumen ini biasanya tidak butuh barang itu tetapi hanya cross check harga saja sehingga kalau sesuatu saat dia butuh dan pas liat ada barang harga murah maka dia bisa langsung memutuskan untuk membeli. Jadi proses keputusan untuk membeli tidak datang pada saat itu. Tanya-tanya hanya sebagai referensi saja. Biasanya pertanyaannya juga mendetail dan tidak memiliki rasa sungkan setelah bertanya tidak ada kabar berita. 

Sebenarnya kasihan juga kalau melihat konsumen yang seperti ini karena orang seperti ini dalam kehidupan nyatapun dalam melakukan banyak hal akan selalu mempertimbangkan menguntungkan atau tidak. Ketulusan dalam melakukan banyak hal menjadi hal yang langka. Dan biasanya mereka tidak menyadarinya karena itu sudah berproses dengan sendirinya.

Kalau dilihat lebih tajam lagi sebenarnya proses mencari informasi kemana-mana , proses untuk melakukan hal itu pasti memerlukan waktu yang banyak. Rasanya not worthed untuk barang seharga Rp.100.000,- bahkan dibawah itu Rp. 15.000,- saja melakukan hal itu. Nilai waktu yang terbuang untuk tanya sana sini jauh dari nilai selisih kalau memang ybs memperoleh harga yang lebih murah. Apalagi kalau anda melakukan pertanyaan dengan sistem saat ini SMS . Nah pertanyaan yang bertubi2 dengan SMS itu nilainya kalau ditotal bisa selisih harga itu..:))

Jadi sebenarnya kalau untuk barang yang harganya  jutaan kita perlu melakukan hal ini tetapi kalau untuk barang sehari2 atau hobby yang nilainya tidak signifikan rasanya sangat tidak tepat. Membuang waktu dan energi. Lebih baik untuk barang2 dengan nilai ini anda berbelanja pada orang yang anda kenal dengan baik daripada anda berkeliling tak tentu arah mencari harga murah.

Nilai anda ditentukan dari sikap anda dan tipe anda. Tipe apapun anda selalu ada plus dan minusnya. Mari kita ambil plus2nya dan hindari minusnya.


Mari menjadi tipe setrikaan apabila kita membeli sebuah mobil dan rumah dan surat saham :)))

Senin, 04 April 2011

Toko Serba Ada si FB

FB memang luar biasa dampaknya, mencari apa saja saat ini FB selalu dapat menyediakannya dan relatif mudah dioperasikan untuk "orang awam" yang kurang paham tehnologi.

Ibu-ibu, ABG, bapak2, dll sibuk ber FB karena fasilitas di HP manapun selalu menyediakan jejaring sosial ini. Sebagai seorang marketer saya juga bisa melihat FB ini merupakan sebuah "peluang" untuk menginformasikan banyak hal pada "enduser".  Dan banyak orang awam didalam dunia marketingpun melihatnya sebagai peluang yang harus cepat2 di isi dan dilakukan. Tetapi repotnya karena kurangnya pengetahun tentang "marketing tactic" yang memiliki kode etik, sopan, sesuai dengan target market, promosi yang terarah, dll akibatnya FB menjadi ajang tempat berjualan seperti pasar pada umumnya. Malah kadang2 sangat menjengkelkan. Banyak teman2 saya yang mengeluhkan tentang hal ini tetapi mau apa lagi??? Peluang itu kan tidak datang 2 kali hehehehehe.

FB sudah seperti pasar "Tanah Abang" yang kalau kita lewat banyak para mba2 yang menawarkan "ayo bu/pak mampir .. lihat-lihat saja tidak usah membeli tidak apa2 ; murah meriah disini ayo mampir ; " Malah lama2 pasar tanah abang saja kalah. Yang ada seperti (maaf) pedagang "kaki 5" yang menjajakan dagangannya. Kalau pedagang kaki 5 yang berjualan dimana ada tempat kosong ,yang sering diobrak abrik karena sering mengganggu lalu lintas oleh satpol PP itu masih ada penyelesaian. Malah ada program menempatkan pedagang2 ini pada tempat yang tempat dan memberi mereka arahan.

Nah kalau di FB?? Bagaimana?? Tidak ada satpol PP yang bisa ngubrak2 supaya "tertib", tidak ada "larangan" rambu2 yang jelas mana yang boleh dan mana yang tidak. Saya sangat berharap ada seorang penulis buku marketing yang khusus membahas masalah ini mengupasnya secara objektif dan memberikan masukan dan arahan bagaimana melakukan bisnis di FB dengan baik dan benar ( maksudnya seusai dengan kode etik dan norma2 yang berlaku ). Semoga saja ada yang membaca tulisan saya ini dan membuat buku tersebut. Tentu saja dengan bahasa yang ringan, bersahaja dan dapat dipahami oleh banyak orang. Atau buku tersebut sudah ada tetapi saya tidak membacanya??? Atau buku itu tidak digubris ???

Aaaah... hidup dijaman yang serba kompleks sekarang ini memang lebih sulit dibandingkan jaman ibu dan bapak kita dahulu. Kemajuan tehnologi yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuan pendidikan tentang norma dan etika membuat semuanya bertambah "semrawut". 

Semoga generasi mendatang akan lebih dapat mensikapi dan mencerna jauh lebih baik dibanding angkatan saya ( ibu2 40 thnan).